Monday, January 19, 2009
Usia Pilihan
Bacaan hari ini: Filipi 4:2-8
Ayat mas hari ini: Filipi 4:8
Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 11-13



Di sebuah kota hidup seorang wanita yang sudah sangat lanjut usianya, te­ta­pi ia masih sehat dan tetap berse­ma­ngat. Ia tinggal sendirian di rumahnya yang sederhana. Suaminya telah mening­gal du­nia belasan tahun lalu. Para pen­du­duk me­nge­­nalnya sebagai ibu yang murah se­nyum dan penuh perhatian kepada sia­pa sa­ja.

Suatu hari, tepat di usianya yang ke-87, seorang wartawan dari surat kabar lo­kal mewawancarainya, “Apa rahasia Ibu se­­hingga bisa tetap sehat dan berse­ma­ngat?” tanya si wartawan. Ibu itu menja­wab, “Saya berusaha selalu berpikir positif dan melakukan kegiatan-kegiatan positif”. “Kegiatan seperti apa, Bu?” tanya si war­ta­­wan lagi. “Misalnya setiap hari saya me­ra­wat tetangga saya, seorang wanita berusia 70 tahun, menyediakan ma­kanan untuknya, mengajaknya jalan-jalan sore, atau sekadar me­ne­maninya minum teh dan menyulam.”

Para ahli gerontologi, ilmu tentang warga usia lanjut, me­nga­ta­kan bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki tiga jenis usia, yaitu usia kronologis, usia biologis, dan usia psikologis. Usia kronologis dan usia biologis itu alamiah, tidak bisa dielakkan. Sedangkan usia psi­­kologis tergantung pada pilihan kita sendiri. Kalau kita, seperti yang di­nasihatkan Paulus hari ini, memiliki hati yang selalu ber­su­kacita (ayat 4), hidup yang bersyukur (ayat 6), dan pikiran yang ter­arah pa­da hal-hal yang positif dan membangun (ayat 8), maka usia ps­i­­ko­lo­gis kita akan sehat. Selanjutnya, hal itu akan berdampak po­sitif terhadap hidup ke­seharian kita. Dan dengan demikian, kita juga bi­sa menjadikan hi­dup kita senantiasa berguna serta bermakna




USIA TUA BUKAN HALANGAN UnTUK BERKARYA KUNCINYA PADA HATI DAN PIKIRAN YANG SEHAT

Labels:

 
posted by Unknown at 4:32:00 AM | Permalink | 0 comments
Saturday, January 17, 2009
Sahabat orang berdosa
Bacaan hari ini: Matius 9:9-13
Ayat mas hari ini: Matius 9:12
Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 5-7


Suatu kali saya bertanya kepada seo­rang ibu, “Apakah Ibu yakin masuk sur­ga kelak?” Ibu itu menjawab, “Yakin sih. Ah, tapi kadang masih ragu juga.” Yakin tetapi ra­gu? Artinya masih tidak yakin. Lalu saya bertanya lagi, “Mengapa begitu, Bu?” Si ibu menjawab, “Saya ini masih banyak dosa, masih suka ber­bohong, masih suka ma­rah-marah ter­ha­dap suami saya. Po­kok­nya saya merasa tidak la­yak masuk sur­ga.”

Kerap kali perasaan dan kenyataan bah­­wa kita masih memiliki banyak dosa da­­pat membuat kita merasa enggan un­tuk datang kepada Tuhan. Na­mun, fir­man Tuhan hari ini memberikan sebuah kon­­­sep yang berbeda. Ketika Yesus te­ngah ber­kum­pul dan makan bersama pa­ra pemu­ngut cukai dan orang berdosa di rumah Matius, orang-orang Farisi yang ada di sekitar tempat itu mem­per­ta­nyakan apa yang dilakukan oleh Yesus. Akan tetapi, Yesus mem­berikan ja­wab­an yang hingga kini men­jadi pengharapan bagi semua orang ber­do­sa, yaitu bahwa Dia da­tang ke dunia untuk menjadi sahabat orang-orang yang ber­do­sa. Bu­kan untuk melakukan dosa ber­sama para pe­­mungut cukai, me­lain­kan untuk menghapuskan dosa-dosa me­re­ka.

Seandainya Anda adalah salah satu dari orang-orang berdosa yang diun­­dang untuk makan bersama Yesus di rumah Matius, res­pons apa yang akan Anda berikan? Menerima atau menolaknya ka­rena me­rasa tidak layak? Pilihan ada di tangan Anda. Anda mesti tahu bah­­wa Ye­­­sus ada­lah sahabat orang berdosa. Dia akan selalu me­ne­ri­ma orang ber­­do­sa; siapa pun yang mau datang kepada-Nya



TAKUTLAH UNTUK BERBUAT DOSA TETAPI JANGAN TAKUT MEMBAWA DOSA KEPADA KRISTUS

Labels:

 
posted by Unknown at 6:54:00 AM | Permalink | 0 comments
Friday, January 09, 2009
Saat Iman Goyah
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 7:54-60
Ayat mas hari ini: Kisah Para Rasul 5:41
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 27-29



Blandina adalah nama seorang perem­pu­an kristiani yang meninggal ka­re­na sebu­ah penganiayaan di Lyon, Pran­cis, pada tahun 177. Ia mengalami sik­sa­an be­gi­tu rupa, tetapi ia tetap mem­perta­hankan iman­nya kepada Tuhan Yesus. Sam­­pai-sam­pai, walaupun sang penyik­sa sudah ke­lelahan dan frustrasi menyik­sa­­nya, ia te­tap pada pendirian dan keya­kin­­an­nya.

Kematian Blandina ini mengikuti jejak ke­matian Stefanus, martir kristiani perta­ma yang kisahnya tercatat dalam Kisah Pa­­­ra Rasul 7. Saat itu penganiayaan ter­ha­­dap jemaat kristiani semakin nyata ter­ja­di. Aniaya itu di­mu­lai dengan ancaman kepada Rasul Petrus dan Rasul Yo­hanes da­­lam Kisah Para Rasul 4 dan 5. Kemu­dian disu­sul dengan hukuman mati bagi Stefa­nus. Namun, mereka semua rela dan bahkan ber­sukacita atas terja­di­nya pengania­ya­an tersebut (Kisah Para Rasul 5:41). Ini di­mung­kin­kan karena iman keyakinan mereka akan Yesus sangat te­guh. Ke­ya­kin­an ini dapat terbangun karena mereka sudah melihat sen­diri karya Tuhan Ye­sus dalam hidup mereka.

Dalam hidup kita sebagai orang percaya, ada masa-masa ke­ti­ka iman kita menjadi goyah. Pada saat itu kita mungkin mem­per­ta­nyakan ten­tang keberadaan Allah, tentang kasih-Nya, tentang ke­hi­dup­an, tentang ke­matian, tentang kebangkitan Yesus, dan se­ba­gai­nya. Di saat-saat de­mikian, mari kita mengenang kisah para martir kris­tiani di masa lalu seperti Stefanus dan Blan­dina. Mung­kinkah me­reka rela mati jikalau mereka tidak sung­guh-sungguh yakin bah­wa iman yang mereka miliki, dan juga kita miliki ini, sung­guh-sungguh be­nar?



KESETIAAN DAN PENGORBANAN PARA MARTIR KRISTIANI ADALAH SALAH SATU BUKTI KUAT TENTANG KEBENARAN IMAN KITA

Labels:

 
posted by Unknown at 3:09:00 AM | Permalink | 0 comments
Wednesday, January 07, 2009
Kacang lupa Kulitnya
Bacaan hari ini: Ulangan 15:12-18
Ayat mas hari ini: Ulangan 15:15
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 20-22



Kacang lupa kulit adalah ungkapan ki­as­an untuk menyebut orang yang lu­pa akan masa lalunya dan menjadi som­bong. Misalnya, seorang gadis berasal da­­­ri desa, merantau ke kota, berhasil men­­­­ja­di artis terkenal, lalu sikap dan pe­ri­­­la­­kunya ber­ubah menjadi sok, jauh dari tata kra­ma. Ungkapan itu juga bisa dike­nakan pa­da orang yang tidak tahu ber­­te­ri­ma kasih, lu­pa akan jasa-jasa orang yang pernah me­­­­nolong dan membe­sar­kan­­nya. Seperti si Malin Kundang, tokoh dalam sa­lah satu ce­­rita rakyat dari Suma­tra Ba­rat. Malin Kun­­­dang adalah pe­mu­da yang me­raih ke­suk­­sesan di ran­tau, te­­tapi ke­mudian ia ti­dak mau meng­­a­kui ibu­­nya sen­diri, se­hing­ga di­ku­tuk men­jadi ba­­tu.

Tuhan sangat tidak berkenan dengan si­kap “kacang lupa kulit”. Itulah sebabnya berulang kali Dia meng­i­ngat­kan umat Israel tentang status mereka dulu, yaitu sebagai bu­dak-budak di Mesir, dan bahwa Tuhanlah yang telah mem­bebas­kan me­reka (a­yat 15). Tujuannya supaya mereka tetap me­ngan­dal­kan Tuhan, dan tidak berpaling kepada ilah-ilah lain. Sekaligus su­pa­ya mereka juga me­miliki empati dan kepekaan un­tuk membantu orang lain yang mem­butuhkan seperti mereka dulu (ayat 13,14).

Maka, baiklah kita terus mengingat karya kasih Tuhan dalam hi­­­dup kita, sehingga kita selalu terdorong untuk memakai segala yang ada pada kita untuk kemuliaan-Nya. Dan, baiklah kita juga ti­­­dak melupakan peran dan jasa orang lain dalam setiap kesuksesan yang kita raih, sehingga kita bisa tetap menunjukkan rasa terima ka­­sih kita ke­pada mereka. Bukan seperti kacang yang lupa pada ku­­litnya



KITA ADALAH ORANG BERUTANG KEPADA TUHAN DAN KEPADA ORANG-ORANG DI SEKITAR KITA

Labels:

 
posted by Unknown at 5:30:00 AM | Permalink | 0 comments
Monday, January 05, 2009
Sekedar Bertahan Hidup
Bacaan hari ini: Kejadian 1:26-2:17
Ayat mas hari ini: Kejadian 2:15
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 12-15



Ada sebagian orang kristiani yang ber­pen­dapat bahwa pekerjaan yang di­ja­­lani sehari-hari sekadar untuk ber­tah­an hi­dup—tanpa ada makna spiri­tu­al. Me­­reka berpikir bahwa Tuhan lebih pe­du­li ke­pa­da doa, nyanyian, saat teduh, dan se­mua ke­giat­an rohani. Bagi mereka, pe­ker­ja­­an yang paling menyenangkan Tuhan ada­lah men­jadi pendeta atau misionaris. Akibat­nya, me­reka mengerjakan peker­jaan se­hari-ha­ri mereka dengan setengah ha­ti dan bah­kan kerap dihinggapi rasa ber­sa­lah.

Pemahaman ini tidak sejalan dengan a­pa yang terdapat dalam firman Tuhan ha­ri ini. Dikisahkan bahwa setelah Adam di­cip­takan, Allah memberinya tugas. Tu­gas ini bukanlah untuk berdoa, membaca Alkitab, menyanyikan pujian, atau kegiat­an rohani yang lain. Tu­gasnya adalah untuk mengusahakan dan me­me­lihara taman Eden (Kejadian 2:15). Bahkan salah satu tujuan Adam diciptakan adalah untuk berkarya dan mengelola seluruh cip­ta­an (Kejadian 1:28).

Untuk menjelaskan konsep ini, Martin Luther, seorang tokoh reformasi gereja abad ke-16, pernah berkata, “Meskipun aku tahu bahwa besok dunia akan kiamat, aku akan tetap menanam pohon a­pelku.” Inti kalimat ini adalah bahwa pekerjaan sehari-hari kita (seperti bertani, berdagang, mengurus keluarga, belajar, dan seba­gai­nya) memiliki makna spiritual yang sama dalamnya dengan ke­gi­atan-kegiatan rohani kita (seperti berdoa, bersaat teduh, maupun ke­bak­tian). Bekerja merupakan salah satu hal penting yang Tuhan ingin kita lakukan dalam hidup ini. Karena itu, sudah sepantasnya ki­ta memperlakukan dan mengerjakan pekerjaan kita sama seriusnya de­ngan kegiatan rohani kita



PEKERJAAN KITA SAMA PENTING DAN BERHARGANYA DENGAN KEGIATAN ROHANI KITA

Labels:

 
posted by Unknown at 4:19:00 AM | Permalink | 0 comments
Friday, January 02, 2009
40
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 1:1-5
Ayat mas hari ini: Kisah Para Rasul 1:3
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 3-5



Angka 40 kerap muncul di Alkitab. Mo­men-momen yang menentukan dalam hi­dup Musa sampai dengan saat ia me­ning­­gal ditandai dengan usia kelipatan 40. Sebelum masuk ke tanah Kanaan, umat Is­rael mengembara selama 40 tahun di pa­dang gurun. Setelah berpuasa 40 hari di gu­­run, Iblis datang untuk mencobai Yesus. Sesudah kebangkitan dan sebelum kenaik­an-Nya ke surga, Tuhan menam­pakkan diri kepada para murid selama 40 hari. A­da apa dengan angka 40 ini?

Rupanya angka ini senantiasa me­nan­dai masa persiapan sebelum da­tang­nya babak baru dalam kehidupan sese­orang, umat Tuhan, atau bahkan dunia ciptaan-Nya. Saat Yesus menam­pak­kan diri selama 40 hari kepada para murid-Nya, hal itu merupakan masa persiapan di mana kelak Yesus tidak akan lagi hadir di antara mereka dalam wujud fisik. Dia akan kembali surga. Dia akan hadir dalam wujud yang baru, yakni Pribadi Roh Kudus. Itulah yang menandai babak baru bagi pekabaran Injil ke seluruh dunia, melalui kemitraan antara Roh Yesus dengan “tubuh-Nya” (Gereja Tuhan). Jelas bahwa pada masa 40 hari itu, aktivitas begitu padat dengan pendi­dik­an yang disampaikan “berulang-ulang” kepada para murid demi mem­­per­siapkan datangnya babak baru tersebut.

Segala hal yang baik dalam kehidupan ini selalu memerlukan masa persiapan. Persiapan yang baik menentukan datangnya hasil yang baik. Semakin matang persiapan, semakin besar potensi sukses. Kalau Tuhan saja bekerja dengan persiapan, apalagi kita. Ma­rilah kita melakukan apa saja dengan persiapan yang memadai. Jangan asal-asalan atau seadanya. Jangan suka meremehkan. Per­si­ap­an itu penting.



DATANGNYA KEBERHASILAN MASA DEPAN DITENTUKAN JUGA OLEH PERSIAPAN MASA SEKARANG

Labels:

 
posted by Unknown at 6:48:00 AM | Permalink | 0 comments
Thursday, January 01, 2009
Mewujudkan Resolusi
Bacaan hari ini: Yakobus 4:13-17
Ayat mas hari ini: Roma 8:28
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 1-2



Menyusun resolusi adalah hal yang ke­rap dilakukan orang di awal tahun. Na­­mun, banyak orang begitu semangat me­nyusun resolusi agar menjadi “lebih ba­ik”, kemudian lupa ketika waktu berlalu. Ada banyak hal membuat kita sulit mewu­jud­kan resolusi. Akan tetapi, ada satu hal penting yang bisa menjadi pangkal kega­gal­an kita, yakni saat kita menyusun reso­lusi dengan pertanyaan yang salah, “Apa yang ingin saya capai tahun ini?” atau “A­pa yang ingin saya lakukan tahun ini?” Sebagai orang-orang yang menjadikan Ye­sus se­ba­gai Raja atas hidup ini, bukankah seharusnya kita mendasarkan resolusi pada perta­nya­an, “Tuhan, apa yang Engkau ingin aku lakukan tahun ini? Apa yang Engkau ingin agar saya capai tahun ini?” Ada dua alas­an mengapa kita harus melibatkan Tuhan dalam menyusun resolusi.

Pertama, Yakobus mengingatkan agar kita tidak melupakan Tuhan dalam perencanaan, karena kita tidak tahu apa yang akan ter­jadi besok (ayat 14). Yakobus menasihati supaya kita berkata, “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu” (ayat 15). Hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi di se­panjang tahun ke depan. Namun, Tuhan akan memimpin kita untuk membuat keputusan yang tepat, saat kita membuat rencana bersa­ma-Nya. Kedua, kita mesti ingat bahwa tujuan utama hidup kita adalah men­jadi serupa dengan Kristus (Roma 8:29). Karena itu, fokus re­so­lusi kita seharusnya adalah menjadi apa yang Tuhan mau, bukan se­kadar menjadi lebih baik menurut ukuran manusia.

Mari membuat dan menjalani resolusi bersama Tuhan. Pegang­lah janji Tuhan, bahwa Dia akan “turut bekerja dalam segala se­su­atu” di sepanjang tahun ini


JANGAN KATAKAN KEPADA TUHAN APA YANG BAIK MENURUT KITA TANYAKAN KEPADA TUHAN APA YANG DIA PIKIR BAIK BAGI KITA

Labels:

 
posted by Unknown at 12:58:00 PM | Permalink | 0 comments