Monday, October 08, 2007
Father's Gift
A young man was getting ready to graduate from college. For many months he had admired a beautiful sports car in a dealer's showroom, and knowing his father could well afford it, he told him that was all he wanted. As Graduation Day approached, the young man awaited signs that his father hadpurchased the car.

Finally, on the morning of his graduation his father called him into his private study. His father told him how proud he was to have such a fine son, and told him how much he loved him. He handed his son a beautiful wrapped gift box.

Curious, but somewhat disappointed the young man opened the box and found a lovely, leather-bound Bible, with the young man's name embossed in gold. Angrily, he raised his voice to his father and said, "With all your money you give me a Bible?" and stormed out of the house, leaving the Bible.

Many years passed and the young man was very successful in business. He had a beautiful home and wonderful family, but realized his father was very old, and thought perhaps he should go to him. He had not seen him since that graduation day.

Before he could make arrangements, he received a telegram telling him his father had passed away, and willed all of his possessions to his son. He needed to come home immediately and take care of things. When he arrived at his father's house, sudden sadness and regret filled his heart. He began to search his father's important papers and saw the still new Bible, just as he had left it years ago. With tears, he opened the Bible and began to turn the pages. His father had carefully underlined a verse,

Matt 7:11,
"And if ye, being evil, know how to give good gifts to your children, how much more shall your Heavenly father which is in heaven, give to those who ask Him?"

As he read those words, a car key dropped from the back of the Bible. It had a tag with the dealer's name, the same dealer who had the sports car he had desired. On the tag was the date of his graduation, and the words...PAID IN FULL.

How many times do we miss God's blessings because they are not packaged as we expected?



--------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Seorang pemuda sebentar lagi akan di wisuda, sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana, akhir jerih payahnya selama beberapa tahun di bangku pendidikan. Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Ford. Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya. Dia yakin, karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia yakin banget nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu. Diapun berangan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang dengan teman-temannya. Bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan ke teman-temannya. Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya.

Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya, dan betapa dia mencintai anaknya itu. Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,... bukan sebuah kunci! Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. Dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Alkitab yang bersampulkan kulit asli, di kulit itu terukir indah namanya dengan tinta emas.

Pemuda itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, "Yaahh... Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan alkitab ini untukku?"

Lalu dia membanting Alkitab itu dan lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri mematung ditonton beribu pasang mata yang hadir saat itu.

Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses. Dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang yang terpandang. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan dikelilingi istri yang cantik dan anak-anak yang cerdas.

Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa kasihnya pada anak itu. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.

Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya. Saat melangkah masuk kerumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal disitu. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelek terhadap ayahnya. Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang di rumah itu. Dan ketika dia membuka brankas ayahnya, dia menemukan Alkitab itu, masih terbungkus dengan kertas yang sama beberapa tahun yang lalu.

Dengan airmata berlinang, dia lalu memungut Alkitab itu, ia membuka Alkitab tersebut dan mulai membalik-balik halamannya. Ayahnya menggaris dengan rapi sebuah ayat,

Matius 7:11.
"Dan kamu yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anakmu, masakan Bapa-mu yang di sorga tidak akan memberikan apa yang kamu minta kepada-Nya?"

Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang Alkitab itu. Dia memungutnya.. sebuah kunci mobil! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan! Dia membuka halaman terakhir Alkitab itu, dan menemukan di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. Dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu.

Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok kedalam. Bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga. Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk disamping mobil itu, air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang tak mungkin diobati...

HOW MANY TIMES DO WE MISS GOD'S BLESSINGS BECAUSE WE CAN'T SEE PAST OUR OWN DESIRES.
 
posted by Unknown at 12:14:00 AM | Permalink | 4 comments
Sunday, October 07, 2007
The Broken Painting
Once upon a time, a wellknown painter was finishing his painting. It's an incredibly beautiful painting to be shown during Princess Diana's marriage.

The painter was consumed by and excited with his own painting that he unconsciously took a few step backward while admiring the 2 x 8 m painting. He didn't look back when he walked backward. He kept on walking backward until it was a step away from the edge of the tall building. Just one more step backward and he could get himself killed.

A man saw what the painter was doing and was about to shout at him to warn him when he realized that his shout might have surprised the painter and thus made him incidentaly took one step backward and fell down. The man then took a brush and paint and began to paint on the beautiful painting until it was completely damaged.

Upon realising what's happenned to his painting the painter got very angry and moved forward to hit the man. However, some other people who were also present at the vicinity held him and showed him his last position which almost made him fall.

Sometimes we have painted our future with such beauty and dreamed of beautiful days we will spend with our loved one. But then God seemed to destroy our beautiful painting when He sees what danger lies ahead of us.

Sometimes we are angry and annoyed by what God has done to us, or we get angry to our superior in our workplace. But one thing we have to keep in our mind: God provides only the best for us, His children.

Jer 29 : 11 (NKJV) : For I know the thoughts that I think toward you, say the Lord, thoughts of peace and not of evil, to give you a future and a hope

-------------------------------------------------------------------------------

Suatu hari ada seorang pelukis terkenal sedang menyelesaikan lukisannya. Lukisan ini adalah lukisan yang sangat bagus dan akan diperlihatkan pada saat pernikahan Putri Diana.

Sang pelukis sangat senang ketika menyelesaikan lukisannya dan memandangi lukisannya yang berukuran 2x8m dan sambil memandanginya pelukis tersebut tanpa disadari telah berjalan mundur.

Dan ketika berjalan mundur pelukis tersebut tidak melihat ke belakang. Dia terus berjalan mundur hingga di belakangnya adalah ujung dari gedung tersebut yang tinggi sekali dan tinggal satu langkah lagi dia akan mengakhiri hidupnya.

Salah seorang melihat pelukis tersebut dan hendak berteriak untuk memperingatkan pelukis tersebut tapi tidak jadi karena dia berpikir mungkin ketika mendengar teriakannya, pelukis itu akan kaget dan malah jatuh ke belakang.

Kemudian orang tersebut mengambil kuas dan cat yang ada di depan lukisan tersebut lalu mencoret-coret lukisan tersebut sampai rusak. Pelukis tersebut sangatlah marah dan maju hendak memukul orang tersebut. Tetapi beberapa orang yang ada di situ menghadang dan memperlihatkan posisi pelukis tadi yang nyaris jatuh.

Kadang-kadang kita telah melukiskan masa depan kita dengan sangat bagus dan memimpikan suatu hari yang indah bersama dengan pasangan yang kita idamkan. Tetapi lukisan itu kelihatannya dirusak oleh Allah, karena Allah melihat bahaya yang ada pada kita kalau kita melangkah.

Kadang-kadang kita marah dan jengkel terhadap Allah atau juga terhadap pemimpin kita. Tapi perlu kita ketahui Allah selalu menyediakan yang terbaik untuk kita, anak-anak-Nya.

Yer 29 : 11 : Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

 
posted by Unknown at 11:34:00 PM | Permalink | 0 comments
Carrots, Eggs, And Coffee
A certain daughter complained to her father about her life and how things have been so hard for her. She did not know how she was going to make it and she wanted to give up. She was tired of fighting and struggling. It seemed that just as one problem was solved another arose.

Her father, a chef, took her to the kitchen, filled three pots with water and placed the fire on high. Soon the three pots came to a boil. In one he placed carrots, in the other he placed eggs, and in the last he placed ground coffee beans. He let them sit and boil, without saying a word.

The daughter sucked her teeth and impatiently wondered what he was trying to do. She had problems, and he was making this strange concoction. In half an hour he walked over to the oven and turned down the fire. He pulled the carrots out and placed them in the bowl. He pulled the eggs out and placed them in the bowl. Then he ladled the coffee out and placed it in a bowl.

Turning to her he asked. "Darling what do you see,"

Smartly, she replied. "Carrots, eggs, and coffee."

He brought her closer and asked her to feel the carrots. She did and noted that they were soft. He then asked her to take an egg and break it. After pulling off the shell, she observed the hard-boiled egg. Finally, he asked her to sip the coffee. Her face frowned from the strength of the coffee.

Humbly, she asked. "What does it mean Father?"

He explained. "Each of them faced the same adversity, 212 degrees of boiling water. However each reacted differently."

"The carrot went in strong, hard, and unrelenting. But after going through boiling water, it softened and became weak."

"The egg was fragile. A thin outer shell protected a liquid center. But after sitting through the boiling water, its inside became hardened."

"The coffee beans are unique however. After they were in the boiling water, it became stronger and richer." "Which are you," he asked his daughter.

When adversity knocks on your door, how do you respond?
Are you a carrot, an egg, or a coffee bean?

Are you the carrot that seems hard, but with the smallest amount of pain, adversity, heat you wilt and become soft with no strength?

Are you the egg, which starts off with a malleable heart? A fluid spirit. But after a death, a breakup, a divorce, a layoff you became hardened and stiff. Your shell looks the same, but you are so bitter and tough with a stiff spirit and heart, internally.

Or are you like the coffee bean? The bean does not get its peak flavor and robust until it reaches 212 degrees Fahrenheit. When the water gets the hottest, it just tastes better. When things are there worst, you get better. When people talk the most, your praises increase. When the hour is the darkest, trials are their greatest, your worship elevates to another level.

How do you handle adversity? Are you a carrot, an egg, or a coffee bean?

--------------------------------------------------------------------------------------------------------


Seorang anak mengeluh pada ayahnya tentang hidupnya yang sulit. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa dan ingin menyerah saja. Ia lelah berjuang. Setiap saat satu persoalan terpecahkan, persoalan yang lain muncul.

Ayahnya, seorang juru masak, tersenyum dan membawa anak perempuannya ke dapur. Ia lalu mengambil tiga buah panci, mengisinya masing-masing dengan air dan meletakkannya pada kompor yang menyala. Beberapa saat kemudian air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama, ia memasukkan wortel. Lalu, pada panci kedua ia memasukkan telur. Dan, pada panci ketiga ia memasukkan beberapa biji kopi tumbuk. Ia membiarkan masing-masing mendidih.

Selama itu ia terdiam seribu bahasa. Sang anak menggereget gigi, tak sabar menunggu dan heran dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya. Dua puluh menit kemudian, sang ayah mematikan api. Lalu menyiduk wortel dari dalam panci dan meletakkanya pada sebuah piring. Kemudian ia mengambil telur dan meletakkanya pada piring yang sama. Terakhir ia menyaring kopi yang diletakkan pada piring itu juga.

Ia lalu menoleh pada anaknya dan bertanya, "Apa yang kau lihat, nak?"

"Wortel, telur, dan kopi, " jawab sang anak. Ia membimbing anaknya mendekat dan memintanya untuk memegang wortel. Anak itu melakukan apa yang diminta dan mengatakan bahwa wortel itu terasa lunak.

Kemudian sang ayah meminta anaknya memecah telur. Setelah telur itu dipecah dan dikupas, sang anak mengatakan bahwa telur rebus itu kini terasa keras.

Kemudian sang ayah meminta anak itu mencicipi kopi. Sang anak tersenyum saat mencicipi aroma kopi yang sedap itu. "Apa maksud semua ini, ayah?" tanya sang anak.

Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda tadi telah mengalami hal yang sama, yaitu direbus dalam air mendidih, tetapi selepas perebusan itu mereka berubah menjadi sesuatu yang berbeda-beda. Wortel yang semula kuat dan keras, setelah direbus dalam air mendidih, berubah menjadi lunak dan lemah.

Sedangkan telur, sebaliknya, yang semula mudah pecah, kini setelah direbus menjadi keras dan kokoh.

Sedangkan biji kopi tumbuh berubah menjadi sangat unik. Biji kopi, setelah direbus, malah mengubah air yang merebusnya itu.

Maka, yang manakah dirimu?" tanya sang ayah pada anaknya. "Di saat kesulitan menghadang langkahmu, perubahan apa yang terjadi pada dirimu? Apakah kau menjadi sebatang wortel, sebutir telur atau biji kopi?"


 
posted by Unknown at 11:28:00 PM | Permalink | 0 comments
-= Life is Wonderful if You Know How to Live =-
Gw lagi selingkuh neh. Gw pacaran ma cewe A tapi backstreet. Trus di tengah jalan gw ketema ma cewe B kemudian jatuh cinta juga ma dia. Trus gw harus gimana dong ? Gw tau kebenaran Firman Tuhan bilang apa soal selingkuh ... but, ini susah banget dilepasin."

"Kenapa sie gw ga dapet pacar-pacar mulu ? Padahal gw udah doa ampek puasa, udah usaha nyari di tempat yang bener, udah ini, udah itu ... tapi kok ga dapet-dapet sie ? Apa gw emang ditakdirin jomblo seumur hidup ma God ya ?"

"Heran deh gw udah kerja 3 taon kok nasif gw ga berubah-ubah sie. Tetep aja jadi kacung. Ga sukses-sukses. Tuhan ga adil ma gw ..."

"Gw udah doa kok ma God buat masalah itu. Tapi karena nungguin jawabannya lama ... makane ga sabar gw ... tak tinggal deh ..."

Pernah denger kan petikan kalimat-kalimat yang gw cuplik di atas itu tadi ? Atau, mungkin saat ini kita justru berdiri di pihak orang yang mengatakan hal-hal tersebut di atas ?

Ga munafik ... dulu, gw juga pernah menjadi bagian dari orang-orang aneh yang bisanya merengek and menodong God dengan rentetan tuntutan yang harus Dia jadikan khusus buat gw. Ga jarang juga gw ngambek ma God karena Dia ga peka juga ma keinginan gw ?

Well, tapi itu dulu ... Yah, sekarang mah kadang-kadang juga masih sering kumat hehehe (kidding ). Any way ... kenapa kita semakin dewasa kadang justru bertindak seperti bayi ya ? Semakin dewasa secara fisik, terkadang polah tingkah kita justru menunjukkan kemunduran daripada saat kita remaja atau bahkan anak-anak.

Ukuran kedewasaan rohani memang tidak bisa diukur dengan seberapa tua umur kita dan juga seberapa lama kita udah menjadi orang Kristen. Orang Kristen sejak lahirpun terkadang ga ngerti apa maksud Alkitab dibandingkan mereka yang menjadi Kristen karena mualaf.

Kekuwatiran hidup, menjadi sebab utama kenapa manusia menjadi kerdil imannya. Betapa God ga ketawa denger kalimat-kalimat konyol di atas ya ?

Kalo ditelusuri, memang cara hidup manusia sendiri yang sering membuat dia ribet. Pikiran manusia yang terbelit-belit sehingga menjadikan dia tiba-tiba berada dalam sebuah padang gurun selama 40 tahun persis seperti bangsa Israel.

Ada seorang temen yang pernah bilang ke gw begini, "Life is wonderful if you know how to live." Saat denger itu, gw emang lagi mengembara di padang gurun dan berputar-putar. Jadi gw bingung dengan kalimat itu. Hingga akhirnya melontarkan kalimat balasan dengan entengnya, "Ahhh, yang bener sie ... life is very very very difficult !".

Tapi begitu gw berhasil keluar dari padang gurun gw ... well, emang ... terkadang penyelesaian dari masalah kita itu sebegitu gampangnya. Begitu mudah, and terkadang ada di depan mata kita. Jika seandainya gw lebih pinter dikit saat masuk ke padang gurun kemarin, pastinya gw ga perlu mengembara ngabisin waktu disana sampek kulit gw gosong terbakar matahari semua. Yah, itulah kenapa temen gw bisa bilang dengan enteng, "Life is wonderful if you know how to live."

Hidup itu mudah kok ! Teramat sangat mudah. Jika kita tau rahasianya tentunya ... Kunci dari kehidupan di dunia ini ada di tangan Si Pencipta hidup itu sendiri. Tapi terkadang, kita ga cukup iman untuk melihat kunci itu. Kita ga cukup kepercayaan kalo Dia aja udah cukup untuk menyelesaikan masalah kita sehingga kita sering kali membantu God dengan tenaga kita yang terbatas !

Kita hebat bukan ? Bisa membantu Allah gitu loh ...

Mungkin itu pikiran kita. Kita merasa berhak dan sangat pandai untuk mengatur ini itu dalam hidup kita, sehingga itu membuatnya tampak begitu berantakan ! Percaya deh, yang bisa menghancurkan hidup kita itu sebenarnya bukan Iblis. Lho kok ? Tapi yang bisa menghancurkan hidup kita itu adalah DIRI KITA SENDIRI. Allah ga mungkin menghancurkan hidup kita, karena Dia begitu mengasihi kita. Iblis, juga ga punya kuasa apapun untuk menghancurkan hidup kita. Tapi, kita dengan segala prinsip dan juga ke sok pintaran kita ... teramat sangat bisa melakukannya.

Kadang, kita dengan bangga menuduh si Iblis dan mengkambing hitamkan dia atas segala kehancuran yang terjadi dalam hidup kita. Tapi apa kita sadar bahwa meskipun Iblis bisa mengubah situasi di sekeliling kita sehingga membuat kita terpojok dan terdakwa ... kita masih punya kesempatan untuk tidak memilih menghancurkan hidup kita sesuai dengan bujukan Iblis itu dan tetap percaya kepada Tuhan ?

"Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu." (Ayub 1:9-11)

Siapa di dunia ini yang pernah mengalami penderitaan seperti yang pernah di derita oleh Ayub ? Dia kehilangan seluruh harta bendanya (Ayub 1:15-17), kehilangan nyawa anak-anaknya (Ayub 1:19), terkena barah busuk dari telapak tangan sampai ke kepalanya ( Ayub 2:7), dikutuki oleh istrinya sendiri (Ayub 2:10), dihina oleh teman-temannya (Ayub 18:2-4) ...

Ayub punya 1001 alasan untuk murtad dari God saat itu. Ayub punya 1001 dalih untuk kecewa atas hidupnya. Tapi dia memilih tetap berpegang teguh di dalam Dia. Dan Alkitab mencatat, dalam kesemuanya itu Ayub sama sekali tidak berdosa !

Bisakah kita mempercayakan masa depan kita kepada Allah 100 % seperti Ayub mempercayakan seluruh tubuh dan barang yang dimilikinya kepada Tuhannya ? Tuhan yang Ayub sembah adalah Tuhan yang sama seperti yang kita sembah. Jika Dia bisa melakukan banyak hal kepada Ayub, kenapa Dia yang sama tidak bisa melakukan banyak hal kepada kita ? Dan kenapa kita tidak bisa mempercayakan hubungan kita, jodoh kita, pekerjaan kita, kehidupan dan juga doa-doa kita kepada Dia ?

Tenang aja, Dia ga kurang panjang untuk menolong kita dan ga kurang peka mendengar teriakan kita minta tolong kok (baca merengek-rengek).

Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu. (Yesaya 59:1-2).

SEDERHANA. Kita tau persis bahwa Allah kita tau apa yang terbaik buat kita. Kebingungan kita terhadap sesuatu hal tidak akan pernah menambah 1 centimeter dari hidup kita. Justru semakin kita bingung, kita panik, kita semakin jauh and ga bisa ngliat jelas apa yang sudah Dia rencanakan buat kita ... and hasilnya kita tersesat di padang gurun.

Kita tau betul bahwa jodoh, uang, kedudukan dan juga ketenaran itu ada di tangan Dia.

Kebingungan kita akan siapa pasangan kita di depan nanti, ga akan membuat kita langsung ketemu miss or mr. charming di esok hari saat bangun tidur kan ?

Kepanikan kita saat ga ada duit, ga akan membuat kita tiba-tiba menemukan gunung emas di depan pintu rumah kan ?

Kekuwatiran kita akan anak-anak dan keluarga kita ga akan membuat kita bisa tidur nyenyak di tengah malam buta kan ?

Keinginan kita untuk terkenal ga akan bisa membuat kita bisa menaklukkan dunia dengan sekali tepuk tangan bukan ?

Itulah banyak alasan kenapa begitu banyak orang bodoh di dunia ini yang bisa mengeluh soal hidup. Mereka ga tau bagaimana caranya hidup sie ?

Padahal caranya hidup hanya simple : percayai Dia dalam segala hal ! Ingat sekali lagi : masa depan kita ada di tangan kita. Tuhan memberi kita free will untuk digunakan dengan bijaksana. Iblis ga punya cukup kuasa untuk menghancurkan kita jika kita tidak menghendaki dan mengizinkan dia campur tangan dalam setiap keputusan yang kita buat atas hidup ini. Begitu juga dengan Tuhan. Jika kita mempercayai-Nya dan memberi-Nya kendali atas hidup kita 100 %, maka Dia yang akan melakukan segalanya buat kita dan kita tinggal tersenyum menikmati setiap detik bersama God !
 
posted by Unknown at 1:46:00 PM | Permalink | 0 comments